Senin, 02 Januari 2012

CERPEN TENTANG IBU


JANGAN PISAHKAN AKU DENGAN ANAKKU
Terkisah dalam keluarga sederhana di sebuah pedesaan, lahirlah bayi laki-laki yang bernama Ridho, bayi mungil yang terlahir sempurna. Bayi itu tumbuh besar hanya bersama ibu yang amat menyayangi nya, Zainab.
Di tengah malam, Zainab mengingat masa lalu. Pada saat itu Burhan menikahi Zainab atas dasar cinta, walaupun Zainab berasal dari keluarga miskin dari pedesaan dan hanya sebatang kara, namun tidak menggoyahkan niat Burhan untuk hidup bersama Zainab. Burhan berasal dari keluarga kaya, orangtua Burhan sangat bersikeras memisahkan mereka, Burhan adalah anak tunggal dan orangtua nya tidak mau hidup nya menderita karena gadis miskin itu.
Takdir memihak pada Burhan dan Zainab, akhirnya mereka menikah. Namun, selama mereka menikah, orang tua Burhan selalu membuat Zainab berkecil hati, merasa diperlakukan layaknya pembantu, memfitnah, hinaan dan caci maki selalu dilontarkan kepada Zainab. Zainab merasa tersiksa dengan hidupnya. Sampailah di suatu hari Zainab di usir dari rumah mewah itu karena dituduh mencuri perhiasan milik mertuanya. Sayangnya, Burhan percaya dengan ibunya dan mengusir Zainab kembali ke desa dengan keadaan hamil.
‘’Ya, Allah.. terimakasih atas anugerah yang telah Kau titipkan pada ku, aku berjanji akan menjaga nya baik-baik”. Zainab meneteskan air mata suka duka melihat anaknya yang terlelap, ia mengingat kisah pahit bersama suami dan mertuanya yang sangat kejam.
Zainab adalah seorang ibu yang baik, taat beribadah, dan pekerja keras. Zainab bekerja sebagai petugas kebersihan di rumah sakit dan malam nya sebagai buruh cuci. Ia bekerja siang dan malam untuk mencukupi kebutuhan keluarga, ia tak mengenal lelah demi sesuap nasi dan secangkir susu untuk anak nya. Setiap malam sebelum tidur ia selalu melantunkan shalawat nabi untuk membuai anak nya hingga tertidur.
 ‘’Besok Ridho akan memasuki Sekolah Dasar, ingat pesan ibu nak, jangan nakal-nakal, patuh sama Bapak-ibu guru’’ ujar zainab sambil mengusap kepala Ridho.
‘’Iya, buk.. Ridho selalu ingat pesan ibu, Ridho kan jagoan ibuk’’ sambil tersenyum manis memeluk ibu nya.
Zainab sangat bangga mempunyai anak seperti Ridho yang selalu penurut, selalu membantu ibunya, dan amat menyayangi ibu nya.
Keesokan harinya Zainab mengantarkan Ridho pergi ke sekolah yang cukup jauh dari desa. Zainab tidak bosan-bosan memberi nasihat kepada Ridho. Sampai di gerbang sekolah Zainab berkata kepada Ridho, “ Nak, nanti tunggu ibu jemput ya, jangan pergi kemana-mana sebelum ibu jemput”. “Baik bu” jawab Ridho sambil mencium tangan ibu nya dan memberi salam.
Seperti biasa, Zainab bekerja membersihkan lingkungan rumah sakit, sampai tengah hari belum pulang karena dia harus bekerja sendirian, petugas kebersihan lainnya izin sakit. Ia tak berhenti memikirkan anak nya yang masih di sekolah, tetapi tugasnya belum kelar semua.
Di sekolah, Ridho menunggu ibunya sampai kelaparan, dan pak satpam menganjurkan agar Ridho pulang saja. Akhirnya Ridho pulang sendiri, karena belum terbiasa pulang sendiri, di pertengahan jalan. “ Aaaaaaa…. Ibuuu…..” teriak Ridho melihat mobil silver di depan matanya.
Di rumah sakit tempat ibu nya bekerja, Ridho di bawa ke UGD oleh orang yang menabrak nya tadi. Tersentak hati zainab melihat anak nya yang berlumuran darah. “Anak kuuuu…..” berteriak sambil menangis terisak-isak, lemas duduk di pintu ruang operasi.
Tanpa diduga, ternyata yang menabrak adalah mertuanya sendiri. Melihat peristiwa itu, ayah dan ibu mertua Zainab langsung menghubungi Burhan dan untuk datang ke rumah sakit itu.
Pihak rumah sakit tidak bisa melanjutkan operasi kalau pembayaran belum dilunasi, sementara Zainab belum punya uang yang cukup. Akhirnya mertuanya sanggup membayar asalkan Ridho tinggal di rumah mereka, dengan alasan supaya Ridho mendapat kasih sayang yang lebih dari ayah, ibu tiri serta kakek nenek nya, dan supaya Ridho mendapat kehidupan dan pendidikan yang lebih layak. Kebetulan istri kedua Burhan mandul, dan tidak dapat memberikan keturunan. Mertua Zainab menganggap bahwa salah satu penerus garis keturunan keluarganya adalah Ridho, dan mereka akan melakukan segala cara untuk mendapatkan ridho.
Zainab menolak tawaran mertuanya. “ aku mohon ayah, ibu,, jangan pisahkan aku dengan anakku, aku sangat menyayangi dia,, dia adalah nyawaku’’. Ibu mertuanya berkata “Kalau kamu masih ngotot, saya akan laporkan ke pengadilan, Burhan adalah ayahnya, kami mempunyai hak untuk mengambilnya”. Hati ibu mana yang tidak terguris melihat anak nya yang sedang menderita kesakitan, dengan terpaksa ia setuju demi kebaikan anaknya yang tercinta.
Setelah sembuh, Ridho dibawa ke rumah ayahnya. Sesampai di rumah ayahnya, Ridho terus menanyakan ibu nya sambil menangis. “ibuuuuuu,,,, Ridho pengen tinggal sama ibu, ridho tak mau pisah sama ibu…”. Zainab hanya bisa berdiri di luar pagar, merintih menahan kesedihan mendengar tangisan anaknya.
Malam itu, semua sudah tidur, diam-diam Ridho pergi ke rumah ibunya tanpa sepengetahuan siapapun. Karena perjalanan yang cukup jauh, Ridho merasa kelelahan dan tergeletak di depan rumah ibunya. Ibunya yang baru pulang dari mencuci baju tetangga, menjerit dan mengalirkan air mata melihat anak nya yang terkapar lemas. “anakkuuuu…..” sambil memeluk erat anaknya.
Paginya, keluarga suaminya pergi ke rumah Zainab untuk mengambil Ridho, zainab tidak bisa berbuat apa-apa. Dia berpura-pura keras sama anaknya supaya anaknya tidak mau tinggal bersamanya lagi. “Kalau Ridho sayang sama ibu, jangan pernah ke rumah ibu lagi. Ridho jangan membantah kata ibu, Ridho sudah punya ayah, ibu baru, kakek dan nenek yang akan merawat Ridho nanti”. Ridho menangis terisak-isak “Tapi Ridho maunya sama ibu, bukan sama ayah…”
“Sudah, jangan membantah,,!” kata Zainab sambil meneteskan air mata. Ayah Ridho langsung menggendong Ridho masuk ke mobil, tidak dipedulikan Ridho berteriak memanggil ibunya. Dibalik pintu Zainab menangis, wajahnya dibasahi air mata, dia menyesal atas perbuatannya. “maafkan ibu nak,, ibu melakukan semua ini untuk kebaikanmu,,, maafkan ibu”.
Karena tidak sanggup menahan tangis, Zainab membuka pintu lalu berlari mengejar anaknya. Sungguh malang, Zainab tergelincir jatuh, kepalanya berlumuran darah, Burhan dan orangtuanya kaget dan menyesal atas perbuatannya memisahkan seorang ibu dari anaknya. Akhirnya mereka meminta maaf kepada Zainab, mereka mengajak Zainab tinggal di rumah mereka, dan berjanji tidak akan mencelakai atau mengusirnya lagi. Merekapun hidup bahagia dan selalu akur.
Dewi Sri Wulan
VII A PBI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar