JANGAN PISAHKAN AKU DENGAN ANAKKU
Terkisah dalam
keluarga sederhana di sebuah pedesaan, lahirlah bayi laki-laki yang bernama
Ridho, bayi mungil yang terlahir sempurna. Bayi itu tumbuh besar hanya bersama
ibu yang amat menyayangi nya, Zainab.
Di tengah
malam, Zainab mengingat masa lalu. Pada saat itu Burhan menikahi Zainab atas
dasar cinta, walaupun Zainab berasal dari keluarga miskin dari pedesaan dan
hanya sebatang kara, namun tidak menggoyahkan niat Burhan untuk hidup bersama
Zainab. Burhan berasal dari keluarga kaya, orangtua Burhan sangat bersikeras
memisahkan mereka, Burhan adalah anak tunggal dan orangtua nya tidak mau hidup
nya menderita karena gadis miskin itu.
Takdir memihak
pada Burhan dan Zainab, akhirnya mereka menikah. Namun, selama mereka menikah,
orang tua Burhan selalu membuat Zainab berkecil hati, merasa diperlakukan
layaknya pembantu, memfitnah, hinaan dan caci maki selalu dilontarkan kepada
Zainab. Zainab merasa tersiksa dengan hidupnya. Sampailah di suatu hari Zainab
di usir dari rumah mewah itu karena dituduh mencuri perhiasan milik mertuanya. Sayangnya,
Burhan percaya dengan ibunya dan mengusir Zainab kembali ke desa dengan keadaan
hamil.
‘’Ya, Allah..
terimakasih atas anugerah yang telah Kau titipkan pada ku, aku berjanji akan
menjaga nya baik-baik”. Zainab meneteskan air mata suka duka melihat anaknya
yang terlelap, ia mengingat kisah pahit bersama suami dan mertuanya yang sangat
kejam.
Zainab adalah
seorang ibu yang baik, taat beribadah, dan pekerja keras. Zainab bekerja sebagai
petugas kebersihan di rumah sakit dan malam nya sebagai buruh cuci. Ia bekerja
siang dan malam untuk mencukupi kebutuhan keluarga, ia tak mengenal lelah demi
sesuap nasi dan secangkir susu untuk anak nya. Setiap malam sebelum tidur ia
selalu melantunkan shalawat nabi untuk membuai anak nya hingga tertidur.
‘’Besok Ridho akan memasuki Sekolah Dasar,
ingat pesan ibu nak, jangan nakal-nakal, patuh sama Bapak-ibu guru’’ ujar zainab
sambil mengusap kepala Ridho.
‘’Iya, buk..
Ridho selalu ingat pesan ibu, Ridho kan jagoan ibuk’’ sambil tersenyum manis
memeluk ibu nya.
Zainab sangat
bangga mempunyai anak seperti Ridho yang selalu penurut, selalu membantu
ibunya, dan amat menyayangi ibu nya.
Keesokan
harinya Zainab mengantarkan Ridho pergi ke sekolah yang cukup jauh dari desa.
Zainab tidak bosan-bosan memberi nasihat kepada Ridho. Sampai di gerbang
sekolah Zainab berkata kepada Ridho, “ Nak, nanti tunggu ibu jemput ya, jangan
pergi kemana-mana sebelum ibu jemput”. “Baik bu” jawab Ridho sambil mencium
tangan ibu nya dan memberi salam.
Seperti biasa,
Zainab bekerja membersihkan lingkungan rumah sakit, sampai tengah hari belum
pulang karena dia harus bekerja sendirian, petugas kebersihan lainnya izin
sakit. Ia tak berhenti memikirkan anak nya yang masih di sekolah, tetapi
tugasnya belum kelar semua.
Di sekolah,
Ridho menunggu ibunya sampai kelaparan, dan pak satpam menganjurkan agar Ridho
pulang saja. Akhirnya Ridho pulang sendiri, karena belum terbiasa pulang
sendiri, di pertengahan jalan. “ Aaaaaaa…. Ibuuu…..” teriak Ridho melihat mobil
silver di depan matanya.
Di rumah sakit
tempat ibu nya bekerja, Ridho di bawa ke UGD oleh orang yang menabrak nya tadi.
Tersentak hati zainab melihat anak nya yang berlumuran darah. “Anak kuuuu…..” berteriak
sambil menangis terisak-isak, lemas duduk di pintu ruang operasi.
Tanpa diduga,
ternyata yang menabrak adalah mertuanya sendiri. Melihat peristiwa itu, ayah
dan ibu mertua Zainab langsung menghubungi Burhan dan untuk datang ke rumah
sakit itu.
Pihak rumah
sakit tidak bisa melanjutkan operasi kalau pembayaran belum dilunasi, sementara
Zainab belum punya uang yang cukup. Akhirnya mertuanya sanggup membayar asalkan
Ridho tinggal di rumah mereka, dengan alasan supaya Ridho mendapat kasih sayang
yang lebih dari ayah, ibu tiri serta kakek nenek nya, dan supaya Ridho mendapat
kehidupan dan pendidikan yang lebih layak. Kebetulan istri kedua Burhan mandul,
dan tidak dapat memberikan keturunan. Mertua Zainab menganggap bahwa salah satu
penerus garis keturunan keluarganya adalah Ridho, dan mereka akan melakukan
segala cara untuk mendapatkan ridho.
Zainab menolak
tawaran mertuanya. “ aku mohon ayah, ibu,, jangan pisahkan aku dengan anakku,
aku sangat menyayangi dia,, dia adalah nyawaku’’. Ibu mertuanya berkata “Kalau
kamu masih ngotot, saya akan laporkan ke pengadilan, Burhan adalah ayahnya,
kami mempunyai hak untuk mengambilnya”. Hati ibu mana yang tidak terguris
melihat anak nya yang sedang menderita kesakitan, dengan terpaksa ia setuju
demi kebaikan anaknya yang tercinta.
Setelah sembuh,
Ridho dibawa ke rumah ayahnya. Sesampai di rumah ayahnya, Ridho terus
menanyakan ibu nya sambil menangis. “ibuuuuuu,,,, Ridho pengen tinggal sama
ibu, ridho tak mau pisah sama ibu…”. Zainab hanya bisa berdiri di luar pagar,
merintih menahan kesedihan mendengar tangisan anaknya.
Malam itu,
semua sudah tidur, diam-diam Ridho pergi ke rumah ibunya tanpa sepengetahuan
siapapun. Karena perjalanan yang cukup jauh, Ridho merasa kelelahan dan
tergeletak di depan rumah ibunya. Ibunya yang baru pulang dari mencuci baju
tetangga, menjerit dan mengalirkan air mata melihat anak nya yang terkapar
lemas. “anakkuuuu…..” sambil memeluk erat anaknya.
Paginya,
keluarga suaminya pergi ke rumah Zainab untuk mengambil Ridho, zainab tidak
bisa berbuat apa-apa. Dia berpura-pura keras sama anaknya supaya anaknya tidak
mau tinggal bersamanya lagi. “Kalau Ridho sayang sama ibu, jangan pernah ke
rumah ibu lagi. Ridho jangan membantah kata ibu, Ridho sudah punya ayah, ibu
baru, kakek dan nenek yang akan merawat Ridho nanti”. Ridho menangis
terisak-isak “Tapi Ridho maunya sama ibu, bukan sama ayah…”
“Sudah, jangan
membantah,,!” kata Zainab sambil meneteskan air mata. Ayah Ridho langsung
menggendong Ridho masuk ke mobil, tidak dipedulikan Ridho berteriak memanggil
ibunya. Dibalik pintu Zainab menangis, wajahnya dibasahi air mata, dia menyesal
atas perbuatannya. “maafkan ibu nak,, ibu melakukan semua ini untuk
kebaikanmu,,, maafkan ibu”.
Karena tidak
sanggup menahan tangis, Zainab membuka pintu lalu berlari mengejar anaknya.
Sungguh malang, Zainab tergelincir jatuh, kepalanya berlumuran darah, Burhan
dan orangtuanya kaget dan menyesal atas perbuatannya memisahkan seorang ibu
dari anaknya. Akhirnya mereka meminta maaf kepada Zainab, mereka mengajak
Zainab tinggal di rumah mereka, dan berjanji tidak akan mencelakai atau
mengusirnya lagi. Merekapun hidup bahagia dan selalu akur.
Dewi
Sri Wulan
VII
A PBI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar